Sebetulnya
penulis termasuk yang tidak setuju dengan keberadaan sekolah RSBI, nuansa
dikriminasi sangat terasa kental apalagi dari sudut pandang masyarakat kelas
bawah.Bagi penulis konsep sekolah RSBI ini justru membuat kebijakan pemerintah semakin
jauh dari nilai-nilai yang diamanatkan oleh UUD 45, bagaimana tidak sekolah
RSBI hanya diperuntukkan bagi sebagian besar mereka saja yang bisa membayar
mahal.
Fasilitas
dan dana yang digelontorkan pemerintah memang sangat jauh berbeda dengan sekolah
non RSBI dan ditambah dengan pungutan SPP dari para siswa, dan hal inilah yang
menyebabkan hanya orang berada saja yang mampu sekolah di RSBI. Bukankah
harusnya pemerintah itu bertanggung jawab untuk membuka pintu sekolah bagi
semua kalangan masyarakat dengan fasilitas dan kualitas yang sama. Bahkan konon
katanya pendapatan guru RSBI lebih tinggi dari pada mereka para guru yang
mengabdi di sekolah non RSBI.Sepertinya pemerintah sengaja membuat kasta
diantara para guru di negeri ini.
Harapan
penulis jangan sampai di negeri yang kita cintai bersama ini, ternyata hanya
diperuntukan bagi mereka orang borjuis saja sedangkan orang miskin diharapkan
tidak boleh sakit dan tidak boleh sekolah.Kalau toh mereka memaksa untuk
mendapatkan fasilitas jangan sampai pemerintah hanya memberikan fasilitas kelas
kambing saja. Sekolah RSBI pastinya hanya dikota-kota besar saja, karena
sekolah tersebut menuntut fasilitas yang lebih bagus dan lengkap, kalau begitu
terus kapan pemerintah mengelontorkan dana dan konsentrasinya untuk membangun
sekolah-sekolah di pinggiran, di ujung negeri dan di daerah-daerah perbatasan.
Akankah saudara-saudara kita di daerah tersebut hanya menonton yang namanya
pembangunan Negara besar Kesatuan Republik Indonesia.Semoga saja tidak, hanya
menunggu waktu saja…katanya.
Cara
berpikir kita harus diubah, kalau pembangunan itu hak seluruh masyarakat
Indonesia. Dan kita lihat sekarang ini sudah ada satu-dua daerah di negeri ini
yang membebaskan biaya sekolah dari SD sampai dengan SMA, tetapi anehnya
pemerintah menurut penulis justru kurang cepat untuk mendorong atau
bahkan menambah sekolah-sekolah gratis di nusantara ini. Bahkan terkesan justru
ingin menambah sekolah-sekolah berkualitas dan mahal. Coba simak dan renungkan
cuplikan dari pernyataan Dirjen Dikdas Suyanto yang dimuat dalam
JPNN.com sebagai berikut:
Yang
mengatakan, sekolah bekas RSBI tidak perlu khawatir kekurangan dana. Dia
mengatakan jika sumbangan orangtua siswa bakal terus mengalir.“Orang tua pasti
tidak sulit membantu. Apalagi tahu kualitas RSBI selama ini seperti apa,” kata
dia.
Lho
kok pemerintah malah ingin disumbang (Sumbangan Penyelenggaraan Pendidikan),
harusnya pemerintah bertanggung jawab membiayai pendidikan bagi seluruh
rakyatnya.Ya mungkin ada alasan klasik negara kita tidak punya cukup duit,
mungkin karena utangnya belum lunas. Silahkan bagi pembaca untuk
menginterprestasikan opini penulis tadi, lain daripada itu yang penting mari kita
bersama-sama membangun negeri ini untuk kita dan anak cucu nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar